Minggu, Agustus 30, 2015

When, i want to tell you bout something.

write by uwah uswahasanah di 12:08 AM
Tau ga sih rasanya dimana saat lu lagi suka-sukanya sama orang, lu ga peduli sama orang-orang sekitar lu ngomong apa.

Setiap orang pasti pernah diposisi itu.
Karna, kita semua pernah egois. Karna kita ingin merasa bahagia, walopun cuma sesaat. Karna kita merasa, mungkin aja akan bahagia selamanya. Gada yang tau kan.

Gue cuma mau ceritain kisah gue. Dan bagaimana gue mencoba belajar dari kisah gue. Apa yang gue lakukan dan ingin gue lakukan setelahnya.

Gue pernah cerita kan gue pernah berada dalam abusive relationship, dimana gue slalu ngeignore nasihat-nasihat sahabat gue. Dan itu menjadi kebiasaan gue. Menutup mata dan telinga gue. Gue egois, bahkan sama diri gue sendiri.

Gue menyesal. Setidaknya gue 'pernah' menyesal. Tapi sayangnya, gue masi melakukan hal yang sama.

Menutup mata dan telinga gue saat gue benar-benar jatuh cinta. Kesalahan yang sama.

Padahal, gue uda ngasih tau diri gue sendiri, bahwa cowo yang belom move on itu bahaya.
Bahwa cowo yang gampang jatuh cinta itu, bahaya.
Bahwa cowo yang pernah selingkuh itu, bahaya.

Tapi karna gue menutup mata untuk semua itu, dan hanya membuka untuk hal yang ingin gue liat aja, disinilah gue sekarang.

Tersakiti.
Menyakiti.
Menghindar.
Menutup hati.
Dingin.

Gue bisa aja membalas. Gue bisa aja  berbuat jahat dan kejam. Tapi bagian dalam dari hati gue menolak. Ternyata, gue ga bisa. 

Saat gue pengen teriak bahwa orang yang menyakiti gue dengan kata-katanya, dengan perbuatannya dibelakang gue, datang diam-diam meminta pelukan.

Dia memohon maaf atas semua perlakuannya. 
Gue ingin memaafkan, tapi sebagian dari hati gue belom ikhlas. Meskipun gue tau gue harus memaafkan dengan tulus, tapi gue merasa belum bisa.

Jangankan memaafkan dirinya, memaafkan diri gue sendiri aja gue belum bisa saat itu.

Hingga gue merasa gue butuh bersenang-senang. Gue memuaskan ego gue. Sesaat.

Sampai gue sadar bahwa sebagian dari diri gue menolak. Dan gue berusaha, berusaha mendorong orang yang membuat gue bahagia tapi membuat orang lain menderita. Gue berhenti.

Mungkin bahagia gue ga seharusnya ada disana. Ga seharusnya sama dia.

Coba kasi tau gue kesedihan macam apa yang akan ditimbulkan dari laki-laki yang memandang matamu dan melihat masa depannya disana tapi dia memeluk wanita lain dibelakangmu?

Kasi tau gue kesedihan macam apa yang akan ditimbulkan dari laki-laki yang mengatakan bahwa dia begitu mencintaimu tapi dia tertawa mesra dan mencium wanita lain? 

Trust me, i have been there.
And I don't want you to know how hurt that little shit.

Tapi sekarang, gue uda maafin diri gue sendiri. Gue ingin bahagia tanpa harus memikirkan apa yang uda gue lakuin ke orang lain. Karna gue ngerasa, gue uda ngebayar banyak hal.

Sekarang, gue emang masi nyalahin masa lalu. Gue nyalahin rasa sakit yang pernah menggerogoti hati gue.
Sampe gue memberi batasan sama hati gue buat ga sakit lagi.
Satu-satunya cara agar gue ga nyalahin diri gue sendiri, cara agar gue ga nyakitin diri gue sendiri, lagi.
Karna seperti yang gue bilang, gue uda maafin diri gue.
Gue uda maafin diri gue sendiri.


"Dan untukmu yang sudah menjadi masa lalu, aku punya alasan menolak kehadiranmu, aku tidak ingin menyakiti siapapun. 
Menyakiti diriku sendiri, menyakiti dia yang kini bersamamu, dan menyakitimu dikemudian hari kelak.
Aku tidak ingin.
Jadi, jangan pernah datang lagi.
Sedikitpun, jangan berusaha.
Aku sudah membuat pagar yang tinggi, yang tidak akan mudah kau robohkan lagi seperti kemarin.
Jadi, jangan.
Dan mengertilah. Aku punya alasan lain menolak kehadiranmu, walau cuma sesaat.
Dan tolong, belajarlah. Belajarlah untuk setia dan berhenti bermain.
Sudah bukan masanya untuk bersenang-senang bukan? 
Jadilah seseorang seperti yang pertama kali aku kenal."





0 komentar:

Posting Komentar

 

PISTANTHROPHOBIA Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos