Jumat, Oktober 25, 2013

Kamar Naina.

write by uwah uswahasanah di 12:17 PM
Ada satu hal yang membuat Naina mencintai kamarnya, di apartemen yang dibeli Ayahnya 5 tahun lalu dilantai 23. Ada bagian ruang yang memiliki pintu untuk beranda yang pemandangannya ke arah gedung-gedung tinggi ditengah kota, sedangkan sudut lainnya hanya jendela-jendela kaca. Tempat dia menyandarkan kasur empuk dan lebar diatas lantainya. Dari sana dia bisa melihat gerimis saat hujan.

Diatas kasur yang lebar dan terlihat empuk dengan bed cover putih diatasnya, notebook Naina memainkan playlist secara random, ada beberapa novel berserakan, kacamata berframe kotak berwarna coklat favorite Naina juga tergeletak disana. Dipinggiran kasur, ada mug putih bertulis 'serendipity' dengan sisa cappuccino dipinggirannya. Tapi isinya kosong.

Songbird-nya Sung Ha Jung mengalun lembut. Naina sedang berdiri didepan rak bukunya yang bercat putih, menempel terbuka di dinding kamarnya yang berwarna pastel. Dia terlihat mencari sesuatu, sebuah novel lama yang tiba-tiba muncul dikepalanya beberapa menit lalu.

Sudah lebih setengah jam, Naina tidak menemukannya. Dia memilih duduk di sofa depan televisi yang juga menempel di dinding, tepat disebelah rak bukunya. Gadis berambut coklat sebahu itu mulai mengingat-ingat, apakah novel tersebut dipinjam atau memang hilang.

Matanya menyapu seluruh ruangan. Barangkali novel itu terselip disana. Tapi tetap saja dia tidak menemukan apapun. Dia menghela nafas, kemudian bangkit. Membuka pintu balkon, setelah tangan kirinya meraih gitar akustik kesayangannya. Dia memilih duduk diatas ayunan bambu yang digantung menghadap langit dan memainkan gitar, memetikkan jarinya yang agak kasar untuk memainkan lagu favoritnya. Serendipity milik Albert Posis.

Satu hal yang membuat Naina mencintai kamarnya, dia selalu tau apa yang harus dia lakukan disana.

0 komentar:

Posting Komentar

 

PISTANTHROPHOBIA Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos