Jumat, Oktober 25, 2013

Sudut cafe. Naina.

write by uwah uswahasanah di 9:05 AM
Gerimis masih setia menemani mendung sore ini, masih mengalir lembut di pinggiran kaca jendela di pojok cafe yang menjadi spot favorite Naina. Gadis berambut pendek sebahu dengan kacamata berframe kotak berukuran sedang itu masi terlihat sibuk dengan notebook didepannya, sesekali dia berhenti mengetikan jarinya dan hanya memandang notebook dengan ekspresi serius, sesekali menghadap kejendela, memandang gerimis.

Cangkir cappuccino yang sudah 2 kali berganti di sudut meja pun mulai kosong, meninggalkan bercak-bercak coklat didasarnya. Ketika Naina ingin meminumnya tanpa sadar tidak ada yang masuk kedalam mulut mungilnya, dia berdecak kesal. Kemudian melambaikan tangan kepada waiters untuk memesan secangkir lagi.

"Lagi, Mba Nai?" Waiters yang sudah hapal betul dengan langganan cafe tempatnya bekerja ini pasti juga hapal betul dengan Naina. Naina hanya menggangguk sambil terus memandang serius notebooknya, entah apa yang dia lihat hingga waiters itu kembali dengan secangkir cappuccino ekspresi Naina bahkan tidak berubah.

"Mba Nai serius banget mba, liat apa sih?" Waiters itu mendekati Naina, menengok ke notebook dan mendapati apa yang Naina lihat.

Foto wajah seorang gadis berambut panjang sedang tertawa dengan seorang laki-laki yang juga sedang tertawa memamerkan lesung pipi di kedua pipinya, seperti pasangan bahagia. Pikir waiters itu.

"Mba Nai dari tadi liatin foto ini mba? Emang itu siapa mba?" Gerimis diluar membuat cafe itu tampak sepi, hari pun sudah mulai gelap.

"Yang cowo ini pacarku, dan ini sahabatnya" jelas Naina, ekspresinya tetap tidak berubah, serius dan datar. Matanya juga masih stuck di layar notebook.

"Kenapa mba Nai pandangin terus?" Waiters itu semakin penasaran, dia memandang wajah Naina. Gadis yang selalu dilihatnya setiap sore di sudut cafe ini, yang selalu memesan bercangkir-cangkir cappuccino, yang selalu datang sendiri.

"Mereka sumber inspirasiku, setiap ngeliat foto mereka lagi seneng bareng-bareng, aku kaya nemu kekuatan buat nulis, semuanya ngalir gitu aja"

Wajah waiters itu bingung, dia ingin bertanya lagi tapi mengurungkan niatnya ketika dia melihat Naina menutup notebooknya, pandangan Naina beralih ke jendela yang basah oleh gerimis.

"Because sometimes, a broken heart gets me inspired to write" ucap Naina.

Waiters itu melihat senyum di wajah Naina yang terpancar dari jendela. Dia tertegun, kenapa masih bisa Naina berkata seperti itu sambil tersenyum dengan sangat manis. Senyum itu terlihat tulus saat Naina berbalik menatapnya, lalu Naina meminum habis secangkir cappuccino yang hampir dingin.

0 komentar:

Posting Komentar

 

PISTANTHROPHOBIA Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos